Monday, August 6, 2012

MAKNA TAUHID

Publish: "Monday, August 6, 2012",


kaligrafi-tauhidSebagaimana sikap para ahlus sunnah wal jama’ah, seharusnya kita menjadikan zhahir ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai referensi utama dalam setiap pembahasan agama, termasuk tauhid.
Karena masalah tauhid begitu urgent, kita harus benar-benar tahu makna arti kalimat tauhid itu sendiri. Hal ini disebabkan, sebagai makhluk, tujuan penciptaan kita tak lain untuk menyembah Allah ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” [QS. Adz-Dzariyat: 56]
Tauhid merupakan pondasi dasar dan inti agama yang dibawa oleh Rasululloh, bahkan merupakan inti agama yang dibawa oleh seluruh Nabi dan Rasul sebelum beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pertama kali yang beliau serukan kepada kaum musyrikin Quraisy adalah:
Wahai manusia, katakanlah ‘Laa ilaha illallah’ niscaya kalian akan beruntung.” [HR. Ahmad: XXV / 16023]
Di akhir hayatnya pun, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih memperingatkan kepada umatnya agar tetap berpegang teguh kepada tauhid serta berhatikaligrafi-hati agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan yang mengotorinya (syirik). Pada detik-detik akhir menjelang wafatnya, beliau bersabda:
Ketahuilah, bahwa orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shalih sebagai masjid. Janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid karena aku melarang kalian untuk berbuat seperti itu.” [HR. Muslim: 1/378 no: 532]
Ini semua ditambah konsentrasi beliau selama 13 tahun di Mekkah untuk mendakwahkan tauhid, menunjukkan betapa penting dan agungnya kedudukan tauhid di dalam agama Islam.
Setelah Rasululloh wafat, “tongkat estafet” dakwah tauhid di ambil alih oleh sahabat -sahabat beliau, lalu diteruskan para tabi’in (pengikut sahabat), lalu dilanjutkan oleh tabi’ut-tabi’in (pengikut tabi’in) dan para ulama’ shalafush shalih yang lain yang setara dengan mereka. Para Imam Mahzdab ahlus sunnah wal jama’ah yang empat (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’iy, Dan Imam Ahmad Bi Hanbal) merupakan para ulama’ terdepan yang mengibarkan bendera tauhid.
Tauhid secara bahasa artinya mengesakan atau menjadikan tunggal. Abu Al-Qasim At-Taimy berkata: “Dan makna aku mengesakannya: aku menjadikannya esa dan terpisah dari setiap yang menyekutuinya atau menyerupainya dalam dzat dan sifat-sifatnya.” [Al Hujjah fi Bayan Al-Mahajjah: I/332]
Seperti yang telah tersebar, bahwa kata ‘la ilaha illallah’ artinya “tidak ada tuhan selain Alloh”. Tidakkah terbesit dihati kita untuk meninjau ulang penafsiran ini? Sudahkah penafsiran ini selaras dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits serta kaidah-kaidah Bahasa Arab?
Adapun definisi tauhid secara istilah syari’at Islam adalah “Syahadat la ilaha illallah (persaksian bahwa tidak ada ilah [sesembahan yang berhak disembah atau di ibadahi] melainkan Alloh)
Makna kata ilah dalam Bahasa Arab berasal dari fi’il alaha yang berarti ’abada (menyembah / beribadah). Kemudian ilah adalah mashdar yang berbentuk fi’al yang bermakna maf’ul. Jadi, ilah berarti ma’luh yang sinonimnya adalah ma’bud (sesembahan) [lihat Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, hal: 1759]
Kesimpulannya, ilah bermakna sesembahan (yang berhak disembah / diibadahi).
Banyak tokoh-tokoh ulama besar yang menafsirkan ilah dengan ma’bud. Seperti Al-Azhary, seorang ahli terkemuka dalam Az-Zahir fi Gharib Alfazh asy-Syafi’iy (dalam mukaddimah kita Al-Hawi karya Al-Mawardy hal: 228), Al-Baghway, seorang ahli tafsir [lihat Ma’alim at-Tanzil], Fakhruddin ar-Razy, merupakan salah satu tokoh besar ahlul kalam [lihat At-Tafsir Al-Kabir. IV / 192, XIV / 229, XIII / 130]
Selanjutnya, al-Baidhawi memperjelas bahwa ilah pada awalnya bermakna setiap sesembahan, kemudian banyak dipakai untuk arti sesembahan yang banyak disembah. Beliau berkata: “Pada dasarnya kata ilah digunakan untuk setiap sesembahan, kemudian lebih banyak dipakai untuk sesembahan yang berhak disembah.” [Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil]
Batasan ‘yang berhak disembah’ penting untuk disebutkan; karena kenyataannya banyak sesembahan-sesembahan lain dimuka bumi ini selain Alloh. Tetapi sesembahan itu tidak berhak disembah selain Alloh Subhanahuwata’ala semata!
Sehingga, arti yang benar dari kalimat thayyibah “la ilaha illallah” adalah tidak ada sesembahan yang berhak disembah / diibadahi selain Alloh.
Yang dapat kita ambil pelajaran yaitu, pertama “la ilaha” (tiada sesembahan yang berhak disembah). Disini setiap muslim dituntut untuk mengingkari dan meninggalkan seluruh sesembahan yang tidak berhak untuk disembah, baik itu berupa jin, wali, nabi, ataupun malaikat sekalipun.
Kedua, “illallah” (kecuali hanya Alloh). Disini Alloh mengkhususkan sesembahan yang berhak disembah yaitu Alloh. Jadi, setelah seorang Muslim meninggalkan semua sesembahan-sesembahan yang bathil, dia diperintahkan untuk mempersembahkan seluruh amal ibadahnya tanpa terkecuali hanya untuk sesembahan yang haq, yaitu Alloh Subhanahuwata’ala semata, murni untuk-Nya!
Dalam pengertian Tauhid Rububiyah, Syekh Fauzan Bin Fauzan dalam kitab Tauhid jilid tiga mengatakan bahwa tauhid rububiyah mengekslusifkan pekerjaan-pekerjaan Alloh hanya bagi diri-Nya saja. Kita meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa Alloh-lah satu-satunya Penguasa, Pemelihara alam semesta, Pencipta, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Mendatangkan manfaat, dan Yang Melindungi dari marabahaya. Hakekat sifat ini tidak ada yang memilikinya selain Alloh. Namun, meyakini tauhid rububiyah ini belum cukup untuk memasukkan seseorang ke dalam agama Islam sebelum mengimani tauhid uluhiyah.
Sejak dahulu, kaum musyrikin dan ahlu kitab telah mengetahui bahwa pencipta mereka adalah Alloh. Mereka yakin dan mengakui akan tauhid rububiyah.
Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” tentu mereka akan menjawab: “Alloh”, Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).” [QS. Al-Ankabut: 61]
Dalam ayat lain, Alloh menerangkan pengakuan kaum musyrikin dan ahlul kitab akan tauhid rububiyah:
Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).” [QS. Al-Ankabut: 63]
Al-Maqrizy memperjelas bahwa: ”tauhid rububiyah adalah jenis tauhid yang disepakati oleh seluruh makhluk baik yang beriman maupun yang kafir. Sedang tauhid uluhiyah ialah persimpangan jalan yang memisahkan antara kaum musyirikin dengan kaum mu’minin.” [lihat Tajrid at-Tauhid al-Mufid, hal 40-41]
Dengan demikian, tauhid uluhiyah merupakan hakekat dari makna ’la ilaha illallahu’ yang mengandung arti, memberikan / mempersembahkan seluruh ibadah dan memurnikannya hanya untuk Alloh semata.
Pentingnya memahami makna tauhid uluhiyah ini, karena; pertama tauhid uluhiyah merupakan inti ajaran dari seluruh Rasul, mulai dari Nabi Nuh ’alaihisallam, hingga Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wasallam.
Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu”, Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” [QS. An-Nahl: 36]
Kedua, pada hakekat tauhid uluhiyah, telah mencakup tauhid rububiyah dan tauhid al-Asma’ wa shifat. Begini, orang yang telah mengikhlaskan seluruh ibadahnya hanya untuk Alloh semata (tauhid uluhiyah), sudah tentu ia meyakini bahwa Alloh-lah satu-satunya Penguasa, Pemelihara alam semesta, Pencipta, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Mendatangkan manfaat, dan Yang Melindungi dari marabahaya (tauhid rububiyah) karena tidak dapat dibayangkan, bagaimana mungkin ia menyembah dzat yang tida bisa menciptakan, memberi rizqi, dan sebagainya. Di sisi lain, ia ia tidak akan menyembah Alloh kecuali karena ia meyakini bahwa Yang disembah memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang sempurna (tauhid al-Asma’ wa shifat)
Diantara dalil tauhid uluhiyah yang kita baca setiap hari 17 kali;
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.” [QS. Al-Fathihah: 5]
Hal ini tentu sangat berbeda dengan kaum musyrikin yang tidak mempersembahkan ibadahnya hanya kepada Alloh, yaitu mencari perantara (tawassul) yang bathil. Namun, perbedaan kaum musyrikin zaman dahulu dengan zaman sekarang yaitu, ketika mereka mendapat musibah dan bencana, mereka menyembah Alloh. Namun, ketika mereka senang, mereka kembali mempersekutukan-Nya.
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” [QS. Al-Ankabut: 65]
Padahal, dalam firman Alloh;
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).” [QS. Yunus: 18]
Sedangkan, kaum musyrikin zaman sekarang, ketika mendapat kesenangan berbuat syirik, apalagi jika ditimpa musibah, malah semakin menjadi-jadi.
Sekarang, pahami tauhid dari penafsiran-penafsiran yang benar, penafsiran para salafus shalih, kita memisahkan batasan antara kaum mu’minin dengan kaum musyrikin atau aHlul kitab. Karena, ini adalah masalah aqidah yang akan dibawa sampai akhir hayat. Bukan sebuah hal duniawi yang akan hilang jika kita telah menghembuskan nafas terakhir.
Sumbere : http://buletinalkahfi.wordpress.com/2009/01/03/makna-tauhid/

Penulis : Arwiesmart ~ Sebuah Blog Informasi dan Berbagai Artikel

Artikel MAKNA TAUHID ini dipublish oleh Arwiesmart pada hari Monday, August 6, 2012. Semoga Informasi dan Artikel ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini.

.:: P a s a n g I k l a n ::.

0 comments:

Post a Comment

Untuk para sahabat yang ingin penghasilan halal dan modal Punya Handphone & bisa ber-sms (program ini tidak memotong pulsa dan tidak mengharuskan transfer uang). Silakan bergabung bersama saya. Klik

Bisnis online termudah, Bahkan jika Anda seorang yang awam sekalipun, Anda pasti bisa menjalankan bisnis ini. "Bukan member get member". http://www.idsurvei.com/survei/arwiesmart/ .

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...