WASPADA BAHAYA TASYABBUH - Bertasyabbuh kepada orang-orang kafir, dengan tanpa kecuali, adalah sangat terlarang. Termasuk golongan ini adalah orang-orang musyrik, pemeluk agama Yahudi, Nashrani, Majusi, Syaibah (Sabi'in), orang-orang penganut ajaran Komunis, dan lain-lain. Kita dilarang bertasyabbuh terhadap setiap perkara yang merupakan ciri khas orang kafir. At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya. Seperti sabda Nabi kepada Abdullah bin Umar ra. Ketika beliau melihatnya berpakaian dengan dua pakaian berwarna kuning keemasan, sabda beliau: "Sesungguhnya pakaian ini adalah dari orang-orang kafir, maka janganlah kamu memakainya."
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum itu. (H.R Abu Daud)
ليس مِنا مَن تَشبَّه بغيرنا ، لا تَشَبَّهُوا بأهل الكتاب فإن تسليمَهم الإِشارةُ بالأصابع والأكُفِّ
Bukan umat kami (Islam) yang tidak seperti muslim, maka janganlah kalian menyerupai ahlul kitab (dalam memberi penghormatan), sesungguhnya jika mereka memberi salam dengan mengangkat tangan dan kain. (H.R Tirmidzi)
Nabi ketika beliau melarang seorang laki-laki yang memakai sutera di bagian bawah pakaiannya, dengan sabda beliau: "Seperti orang 'Ajam (bukan Arab, non Muslim, )." (H.R Abu Daud), atau terhadap orang yang menambahkan sutera di bagian pundak pakaiannya, dengan sabdanya: "Seperti orang 'Ajam (bukan Arab, yang non muslim,)" (H.R Abu Daud)
Dan Ibnu Umar ra. membenci meletakkan hiasan-hiasan di masjid dan melarang dari hal tersebut serta semua hal yang berhubungan dengan masalah itu, karena menurut beliau ra. bahwa hal itu menyerupai patung-patung orang musyrik. (H.R Ibnu Abi Syaibah)
Dengan bertasyabbuh terhadap orang kafir, maka seorang muslim akan menjadi pengikut mereka. Padahal dalam perkara ini terdapat peringatan yang sangat keras sekali, sebagaimana Allah berfirman:
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas datang kepadanya petunjuk dan mengikuti jalannya orang- orang yang tidak beriman, Kami biarkan ia leluasa dengan kesesatannya (yakni menentang Rasul dan mengikuti jalan orang-orang kafir, pen.) kemudian Kami seret ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisa' 4:115)
Beberapa perkara dari perbuatan tasyabbuh terhadap orang-orang kafir bisa dihukumi sebagai perbuatan syirik atau kufur; seperti tasyabbuh dalam bidang keyakinan, beberapa perkara masalah ibadah, misalnya tasyabbuh terhadap pemeluk agama Yahudi, Nashrani, atau Majusi dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan masalah tauhid dan aqidah.
Contohnya: seperti ta'thil yakni menafikkan dan mengkufuri nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta'ala, perayaan dan tradisi yang berlatar sejarah syirik bagian dari keagamaan diluar islam, yang kadang tidak diketahui dan disadari oleh umat, meyakini kemanunggalan hamba dengan Allah, taqdis (mensucikan / mentuhankan/kultus) seorang Nabi atau orang-orang shalih kemudian berdoa serta beribadah kepada mereka, berhukum dengan syari'at dan perundang-undangan buatan manusia, karena semua kehidupan telah diatur oleh Islam sebagai jalan petunjuk mutlak dari Allah sbg tugas khalifah manusia dimuka bumi.
Beberapa perkara yang semata-mata merupakan rekayasa materi murni dan tidak akan menyebabkan kaum muslimin tergiring untuk mengikuti kaum kafir, sehingga bakal membahayakan mereka. Demikian juga dengan ilmu-ilmu murni keduniaan yang tidak menyangkut aqidah dan akhlak, maka semua ini termasuk dalam perkara mubah.
Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dalam riwayat Shohih Bukhari, Anas mengatakan,“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).” Anas pun mengatakan, “Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
0 comments:
Post a Comment