Nganjuk
(beritajatim.com) - Kelompok Gamis
(Gabungan Masyarakat Islam) ternyata sudah dua tahun menempati rumah
kontrakan di Jalan Puntodewo Desa Kepuh Kecamatan Kertosono, Nganjuk.
Namun sejak menempati rumah tersebut, kelompok yang dicurigai
mengajarkan faham terorisme ini tidak pernah ijin ke desa.
Pernyataan itu ditegaskan oleh Ketua RW-2 Desa Kepuh, Budiarso (66). Rumah Budiarso berdekatan dengan markas Gamis, yakni hanya berjarak satu rumah saja. "Sejak menempati rumah kontrakan, mereka tidak pernah ijin ke desa," kata Budiarso ketika ditemui di rumahnya, Selasa (13/12/2012).
Budiarso menjelaskan, awalnya rumah berukuran besar itu adalah milik seorang pensiunan kepala sekolah bernama Badal Haryoso (almarhum) . Namun rumah itu kemudian dibeli oleh seorang asal Blitar.
Proses selanjutnya, Budiarso tidak paham. Tiba-tiba saja rumah berada di belakang SMK PGRI Kertosono itu dijadikan Ponpes (Pondok Pesantren) dengan nama Darul Afkhiyah.
Apa saja kegiataan kelompok tersebut? Budiarso mengungkapkan, selain mengaji, puluhan jamaah tersebut juga menggelar latihan bela diri di belakang kontrakan. "Semua kegiatan itu dilakukan secara tertutup. Jadi kami tidak tahu secara persis apa saja yang diajarkan," kata Budiarso.
Budoarso juga mengatakan, dalam berpakaian, anggota Gamis kerap mengenakan jubah. Meski demikian, lanjutnya, anggota Gamis tidak tertutup dalam bersosialisasi dengan warga. Kalau haru Jumat, anggota Gamis juga beribadah di masjid desa setempat. Bahkan saat Idul Adha, mereka juga membagikan daging kurban kepada warga sekitar.
Budiarso menegaskan, anggota kelompok Gamis tidak ada yang berasal dari Nganjuk dan sekitarnya. Mereka berasal dari luar pulau, diantaranya Sulawesi, Ambon, serta NTT.
"Sudah lama kami resah dengan kegiatan yang mereka lakukan. Makanya kami bersama-sama mengusir mereka," ujarnya.
Pernyataan itu ditegaskan oleh Ketua RW-2 Desa Kepuh, Budiarso (66). Rumah Budiarso berdekatan dengan markas Gamis, yakni hanya berjarak satu rumah saja. "Sejak menempati rumah kontrakan, mereka tidak pernah ijin ke desa," kata Budiarso ketika ditemui di rumahnya, Selasa (13/12/2012).
Budiarso menjelaskan, awalnya rumah berukuran besar itu adalah milik seorang pensiunan kepala sekolah bernama Badal Haryoso (almarhum) . Namun rumah itu kemudian dibeli oleh seorang asal Blitar.
Proses selanjutnya, Budiarso tidak paham. Tiba-tiba saja rumah berada di belakang SMK PGRI Kertosono itu dijadikan Ponpes (Pondok Pesantren) dengan nama Darul Afkhiyah.
Apa saja kegiataan kelompok tersebut? Budiarso mengungkapkan, selain mengaji, puluhan jamaah tersebut juga menggelar latihan bela diri di belakang kontrakan. "Semua kegiatan itu dilakukan secara tertutup. Jadi kami tidak tahu secara persis apa saja yang diajarkan," kata Budiarso.
Budoarso juga mengatakan, dalam berpakaian, anggota Gamis kerap mengenakan jubah. Meski demikian, lanjutnya, anggota Gamis tidak tertutup dalam bersosialisasi dengan warga. Kalau haru Jumat, anggota Gamis juga beribadah di masjid desa setempat. Bahkan saat Idul Adha, mereka juga membagikan daging kurban kepada warga sekitar.
Budiarso menegaskan, anggota kelompok Gamis tidak ada yang berasal dari Nganjuk dan sekitarnya. Mereka berasal dari luar pulau, diantaranya Sulawesi, Ambon, serta NTT.
"Sudah lama kami resah dengan kegiatan yang mereka lakukan. Makanya kami bersama-sama mengusir mereka," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment