Selain mengamankan 50 orang, polisi juga menyita senjata rakitan dan buku-buku yang berisi tentang jihad. Sayangnya, polisi belum memberikan keterangan resmi karena masih melakukan pemeriksaan di Polsek setempat.
Didik, warga setempat mengatakan, kelompok Gamis mengontrak sebuah rumah yang diberi nama Pondok Pesantren Darul Afkhiyah. Di rumah tersebut, kata Didik, anggota jamaah sering berlatih perang-perangan di pekarangan bagian belakang. "Tadi polisi menemukan senjata rakitan, senjata tajam, dan buku-buku tentang jihad," kata Didik saat berada di lokasi.
Apalagi, sebagian besar para santri pondok pesantren yang telah ada sejak dua tahun lalu itu, adalah warga luar kota seperti Ambon, Tulungagung, Blitar, Madiun dan beberapa kota lainnya. "Mereka juga selalu menutup diri, jadi kita tidak tahu persis identitasnya," tambahnya.
Sementara itu, pimpinan kelompok Gamis, Nasirudin Ahmad, (34), asal Sukoharjo, Solo, membantah tudingan itu. Menurutnya, pondok yang ia pimpin hanya mengajarkan ilmu agama Islam dan ilmu beladiri. "Kami tidak mengajarkan gerakan terorisme, namun hanya ilmu agama seperti pesantren umumnya. Selain itu, kami juga mengajarkan ilmu beladiri," ujar Nasiruidin.
0 comments:
Post a Comment