Perjalanan hidup Jeong Kim cukup berliku. Ketika usianya masih belia ia menghadapi kenyataan kedua orangtuanya bercerai. Ketika itu mereka tinggal di Seoul dan Kim harus menerima ibu tiri karena ayahnya menikah lagi.
Rupanya ayahnya punya rencana lain. Demi memperbaiki kehidupannya ia memutuskan memboyong keluarga barunya ke Amerika Serikat. Kim yang saat itu masih berusia 14 tahun ikut ayahnya beremigrasi ke Amerika. Di negeri barunya ia sekolah di Anne Arundel Country, Maryland. Tanpa bisa berbahasa Inggris sama sekali, Kim dipaksa mengikuti pelajaran demi pelajaran.
Suatu ketika ia bertengkar dengan ayahnya yang membuatnya hengkang dari rumah pada saat usianya 16 tahun. Untungnya ia tak memutuskan sekolah. Ia tinggal di suatu tempat dan untuk membiayai hidup dan sekolahnya ia bekerja di sebuah minimarket untuk shift malam. Dengan cara ini ia berhasil menyelesaikan sekolahnya.
Ketika melanjutkan ke perguruan tinggi ia meraih beasiswa masuk John Hopkins University, Baltimore, dengan mengambil studi electrical engineering. Ia sangat menikmati sekolahnya sehingga pendidikan itu bisa ditempuh hanya dalam waktu tiga tahun. Bahkan sambil kuliah ia bisa bekerja di perusahaan komputer yang baru berdiri bernama Digitus.
Di perusahaan ini ternyata posisinya cepat meningkat hingga ia jadi partner. Penghasilannya pun tak bergantung pada gaji melainkan pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dengan cara ini ia bisa meraih pendapatan yang besar. Ia pun bisa meraih jutaan dolar. Karena itu saat ia lulus dari John Hopkins, ia sudah jadi millionaire.
Meski begitu ia putuskan untuk keluar dari Digitus dan bergabung dengan US Navy. Menurut istilahnya, ini saatnya berbalas budi pada negara yang telah memberinya kesempatan untuk sukses.
Jeong Kim menghabiskan tujuh tahun dalam pengabdiannya sebagai tentara. Setelah menyelesaikan tugasnya di ketentaraan ia memutuskan untuk membangun bisnis sendiri. Namun karena tak punya modal, ia memilih bekerja di AlliedSignal Inc sebagai contract engineer. Saat itu AlliedSignal Inc sedang terikat kontrak dengan Naval Reseach Laboratory.
Selama bekerja ini ia menemukan bahwa di dunia militer ada kesenjangan antara teknologi yang digunakan dengan perkembangan teknologi komunikasi. Tentara tak memanfaatkan teknologi transmisi data. Kesempatan itu ia manfaatkan dengan mendirikan Yurie Systems Inc pada tahun 1992. Modalnya berasal dari pinjaman yang diperoleh dengan mengagunkan rumah dan menguras kartu kreditnya. Ternyata kejeliannya terbukti. Tak perlu waktu lama Yurie Systems segera menjadi pemimpin pasar di industri transmisi data digital. Bahkan dinobatkan menjadi salah satu perusahaan yang paling cepat pertumbuhannya.
Tahun 1998 ketika usianya 37 tahun, Jeong Kim, memutuskan untuk menjual Yurie Systems ke Lucent Technologies dengan transaksi lebih dari $1 miliar. Ia disebutkan meraih setengah miliar dolar dari transaksi itu yang menempatkannya menjadi salah satu anak muda terkaya di Amerika Serikat.
Sekarang Kim memilih menjadi eksekutif di Bell Lab, anak perusahaan Alcatel-Lucent yang dulu dikenal sebagai AT&T Bell Laboratories and Bell Telephone Laboratories. Ia menduduki posisi sebagai presiden.
Posisi dan prestasi yang diraihnya diperoleh sebagai hasil kerja kerasnya. Dulu ia hengkang dari rumah orangtuanya tetapi tak melupakan sekolah. Dan dari setiap tahap kariernya ia tetap menganggap belajar adalah sesuatu yang harus dilakoninya. "Selalu ada orang yang lebih pintar dari kita maka kita harus belajar lebih keras," begitu alasannya. (Dari berbagai sumber. Foto: Achievement.org)
0 comments:
Post a Comment