Seorang mu’min faham bahwa segala yang terjadi di dunia hanya dapat terjadi atas izin Allah ta’aala. Oleh karenanya ia tak akan pernah menyerahkan urusannya kepada selain Allah ta’aala, termasuk kepada dirinya sendiri. Ia sadar kalau dirinya sendiri merupakan makhluk Allah ta’aala yang lemah dan tidak berdaya. Ia baru akan menjadi kuat bilamana ia beserta Allah ta’aala. Itulah di antara makna kalimat yang Nabi shollallahu ’alaih wa sallam juluki sebagai termasuk harta dari harta kekayaan surga.
Bila seorang mu’min telah mempersiapkan dan merencanakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, maka selanjutnya ia diharuskan menyerahkan (tawakkal) urusan berhasil tidaknya kepada Allah ta’aala. Jika berhasil, berarti Allah ta’aala memang mengizinkan urusan tersebut menjadi kenyataan.
Ia wajib bersyukur kepada Allah ta'aala. Bila gagal berarti Allah ta’aala tidak menghendaki urusan tersebut menjadi kenyataan. Ia diwajibkan bersabar menghadapi taqdir itu. Sambil si mu’min tetap bakal memperoleh ganjaran atas niat dan usahanya mempersiapkan dan merencanakan urusan tadi.
Dalam suatu kesempatan Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menawarkan kepada seorang sahabat suatu kalimat yang beliau katakan sebagai harta dari harta kekayaan surga.
فَقَالَ لِي يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْتُ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ مِنْ كَنْزٍ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ
قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَدَاكَ أَبِي وَأُمِّي قَالَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kepadaku: ”Hai Abdullah ibn Qayis.” Aku menjawab: “Aku penuhi panggilanmu.” Beliau bersabda: ”Maukah kamu aku tunjukkan suatu kalimat yang termasuk harta dari harta kekayaan surga?” Aku menjawab: ”Tentu.” Beliau bersabda: ”Katakanlah Laa haula wa laa quwwata illa billah (Tiada daya dan tiada kekuatan selain bersama Allah ta’aala).” (HR Al-Bukhari 13/105)
Mangapa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengatakan bahwa kalimat Laa haula wa laa quwwata illa billah merupakan harta dari harta kekayaan surga? Sebab kalimat ini mencerminkan prinsip mendasar aqidah seorang mu’min. Seorang muslim diperintahkan Allah ta’aala untuk ber-tawakkal hanya kepada-Nya. Ia dilarang ber-tawakkal kepada selain Allah ta’aala. Bahkan ia tidak diperkenankan ber-tawakkal kepada dirinya sendiri. Seorang mu’min faham dan sadar bahwa hanya Allah ta’aala tempat bergantung.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ
”Katakanlah, "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah ta’aala adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS Al-Ikhlash ayat 1-2)
Bahkan seorang mu’min yakin hanya dengan bertawakkal kepada Allah ta’aala sajalah segala keperluannya akan terpenuhi. Padahal manusia hidup di dunia sudah pasti punya aneka ragam keperluan.
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
”Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah ta’aala niscaya Allah ta’aala akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS Ath-Thalaq ayat 3)
0 comments:
Post a Comment